• Saifullah (Pedang Allah SWT)


    KHALID bin Walid sangat populer di kalangan umat Islam. Kita kenal Khalid bin Walid sebagai ahli perang yang tangguh, baik sebelum ia masuk Islam maupun sesudahnya. Khalidlah pemimpin pasukan kafir Quraisy yang memukul mundur pasukan Islam pada Perang Uhud.
    Khalid pula yang tampil sebagai panglima perang yang tangguh setelah masuk Islam. Berbagai peperangan melawan musuh-musuh Islam dimenangkan kaum Muslimin berkat kepemimpinannya, sehingga ia dijuluki Saifullah (Pedang Allah) karena kepiawaian dan ketangguhannya berperang membela agama Allah SWT.
    Pada masa Khalifah Abu Bakar r.a., Khalid memimpin pasukan Muslim untuk menumpas dua nabi palsu, Tulaiha (Bani Ghatafan) dan Musailama Si Pembohong. Khalid berhasil menaklukkan Tulaiha yang kemudian sekali lagi menerima Islam. Musailama terbunuh dalam pertempuran dengan pasukan Khalid.
    Usai membasmi nabi-nabi palsu, Khalid memimpin pasukan Muslim untuk menaklukkan negeri Kekaisaran Persia (Irak) yang memusuhi Islam, termasuk Kota Hira –kota pertama di luar Jazirah Arab yang jatuh ke tangan Muslim.
    Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, Khalid memimpin pasukan Muslim untuk menaklukkan Damaskus (Suriah), ibukota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium), lalu menaklukkan pula Yordania. Di Lembah Yarmuk, sebelah timur anak sungai Yordania, Khalid memimpin pasukan untuk bertempur melawan pasukan Bizantium. Sukses itu dilanjutkan dengan penaklukan Yerusalem (Palestina).
    Pada saat persiapan penaklukan Yerusalem, tiba-tiba datang kabar: Khalifah Umar memberhentikan Khalid sebagai panglima perang dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai penggatinya. Khalid berposisi sebagai wakil. Keduanya berhasil memimpin pasukan Islam menaklukan Yerusalem.
    Mengapa Khalifah Umar mengganti Khalid? Khalifah mengabarkan kepada semua gubernur, orang-orang makin lama makin terikat kepada Khalid. Khalifah Umar khawatir pasukan Islam terlalu bergantung kepada Khalid. Penggantian dilakukan agar orang-orang menyadari bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Allah SWT, bukan seorang Khalid.
    Kecewakah Khalid? “Aku berperang demi (membela agama) Allah, bukan demi Umar,” demikian komentar Khalid. Khalid berperang untuk Islam, bukan demi jabatan atau pujian orang. Maka, Khalid pun terus berjuang di medan laga sebagai “pedang Allah”.
    Pemecatan Khalid bin Walid oleh Khalifah Umar adalah kisah populer. Satu hikmah yang dapat diambil adalah sikap mental Khalid: ikhlas! Khalid memberi kita pelajaran berharga, ikhlas (karena Allah SWT semata) harus mendasari setiap Muslim dalam beramal.
    Penggalian hikmah tersebut kian terasa penting, mengingat kenyataan dewasa ini betapa sulit kita menemukan figur semacam Khalid yang berjuang semata-mata karena Allah, bukan mengejar keuntungan materi, popularitas, pangkat, pujian orang, penghargaan, ataupun “bintang jasa”.
    Ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal-ibadah kita oleh Allah SWT (maqbul). “Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah pada Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) pada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus…” (Q.S. al-Bayinah:5, lihat juga Q.S. 4:146, 7:29, az-Zumar:2,11, 2:139, Luqman:32).
    Dalam kisah di atas, Khalid telah menunjukkan bagaimana seorang mukhlis bersikap. Karena motif berjuangnya ikhlas, ia bahkan rela meletakkan jabatan tingginya. Ia tidak peduli dengan status dan keuntungan duniawi berupa pangkat ataupun popularitas, karena yang ditujunya adalah mardhatillah, keridhaan Allah SWT.
    Lawan ikhlas adalah riya, yaitu ingin dipuji orang lain. Orang riya’ berbuat kebajikan untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti popularitas, pujian, dan lain-lain. Amal yang tidak dilakukan dengan ikhlas akan sia-sia belaka; tidak akan mendapatkan pahala atau tidak akan tercatat sebagai amal kebajikan. “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat. Sungguh bagi seseorang menurut apa yang diniatkannya…” (H.R. Bukhari).
    Dengan demikian, jika seseorang melakukan shalat karena ingin dipuji orang, maka sebatas pujian oranglah balasannya. Jika seseorang berderma karena ingin publikasi, popularitas, atau dikenal orang sebagai dermawan, maka sebatas itulah “pahalanya”. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

a

Mengenai Saya

Foto saya
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina : orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.
Liverpool FC
Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com